Senin, 06 Agustus 2012

LAPORAN BACAAN


LAPORAN BACAAN (BOOK REPORT)
By: Albert, S.Pd., M.Pd.

I.  Struktur Laporan Bacaan
Struktur laporan bacaan ini adalah (1) pendahuluan, (2) laporan bagian buku, (3) komentar dan (4) penutup. Satu persatu akan dibahas di bawah ini.
A.  PENDAHULUAN
Judul                           : Filsafat Ilmu
Penulis                         : Drs. H. A. Fuad Ihsan
Penerbit                       : Rineka Cipta, 2010
Kota Terbit                  : Jakarta, cetakan pertama, Februari 2010
Ukuran Buku              : 20,5 cm
Tebal Buku                  : ix + 295 halaman

Garis besar buku Fuad Ihsan yang berjudul Filsafat Ilmu terdiri atas 8 bab, yakni:
1.    Bab I membicarakan tentang mengenal filsafat ilmu, mencakup Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu, Definisi Filsafat dan Filsafat Ilmu, Objek dan Metode Filsafat Ilmu, Cabang-cabang Filsafat dan Kegunaan Filsafat serta Ruang Lingkup Filsafat.
Dilihat dari segi pengertian praktisnya, filsafat bearti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir.Namun,tidak semua berpikir itu berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filsuf.Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimakah, mengapakah, ke manakah dan apakah. Berfikir secara filsafat dapat diartikan  sebagai berfikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berfikir secara global (menyeluruh), atau berfikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Untuk dapat memeroleh ilmu salah satu yang harus dipahami oleh seoranag ilmuwan adalah mengetahui cara apa yang harus digunakan? Ilmu dapat digali atau dicari menggunakan prosedur yang disebut metode ilmiah.
Langkah-langkah sebagai alur berpikir ilmiah yang tercakup  dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah sebagai berikut:
a.    Rumusan Masalah
b.    Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah
c.    Penyusunan kerangka berpikir dalam penyususnan hipotesis
d.   Penyusunan hipotesis
e.    Pengujian hipotesis
f.     Penarikan kesimpulan
Cabang filsafat menurut para ahli terdiri atas: Metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsfat-filsfat khusus lainnya. Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu:
g.    Agar terlatih berpikir serius
h.    Agar mampu memahami filsafat
i.      Agar mungkin menjadi ahli filsafat
j.      Agar menjadi warga negara yang baik
Pembagian filsafat berdasarkan struktur pengetahuan filsafat yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.

2.    Bab II membicarakan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu, mencakup Sumber Filsafat, Filsafat, Ilmu, Kebudayaan, dan Agama, serata Metode Ilmiah;
Untuk dapat memahami perbedaan antara filsafat dan ilmu, harus terjawab terlebih dahulu apa itu filsafat?, dan apa itu ilmu?, pertanyaan pertama telah dujelaskan penulis pada bagian bab 1. Maka sekarang yang harus kita jawab pertanyaan kedua. Ilmu adalah pengetahuan. Tetapi ada berbabagai pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksat dan betul-betul terorganisasi. Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Untuk memahami hubungan filsafat dengan kebudayaan, harus terjawab pertanyaan berikut terlebih dahulu. Apa itu kebudayaan?. Kebudayaan adalah soal manusia. Maju selangkah lagi dapat kita katakan, bahwa manusialah yang berkebudayaan. Apakah makhluk-makhluk lain, hewan misalnya, tidak berkebudayaan? Jawabannya Tidak. Kenapa manusia berkebudayaan sedangkan hewan tidak? Karena manusia memiliki sesuatu yang esensial yang tidak ada pada hewan. Manusia mempunyai roh atau jiwa, yang menyatakan diri pada berpikir dan merasa rohaniah. Hewan memang mempunyai otak tapi otaknya tidak berpikir. Ia mempunyai hati, tapi aktivitasnya tidak membentuk rasa rohaniah. Rupanya kehidupan batiniah atau rohaniahlah yang merupakan pangkal kebudayaan. Suatu kebudayaan ialah caraberpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.
Filsafat agama datang mengetengahi sebagai orang agama, filsuf itu percaya, hasil penghayatan hatinya. Sebagai filsuf, ia mempersoalkan kepercayaan itu mengangkat ke alam budi, sehinggah secara rasional dapat didudukan. Persamaan lain antara filsafat dan agama ialah, masing-masing merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan.
Ada beberapa teori yang dapat dijadikan acuan untuk menjadikan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau salah, yaitu :
a.      Teori korespondensi ( correspondence theory )
b.      Teori koherensi ( coherence thory )
c.       Teori pragmatisme ( pragmatism theory )
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini : rasionalisme, emperisme, realissme, kritisisme. Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut: idealisme, emperisme,positivisime,pragmatisme
Manusia berusahamencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya denga melalui beberapa sumber :
a.    Pengetahuan Wahyu ( revaled knowledge )
b.    Pengetahuan intuitf ( intuitive knowledge )
c.    Pengetahuan rasional ( rational knowledge )
d.   Pengetahuan emperis ( emperical knowledge )
e.    Pengetahuan otoritar ( autthoritative knowledge )
Dalam mengejar ilmu pengetahuan, metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan yang berdasarkan pada objeknya, untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan adanya metode berarti kita terikat pada peraturan-peraturan dalam usaha mencapai suatu kebenaran. Adapun kegunaan metode untuk: Menemukan, mengajarkan, sebagai ilmu pengetahuan, autoritas (kepercayaan), empiris, rasional, konstruksi dan sistematis.
3.    Bab III tentang Dasar-dasar Pengetahuan mencakup, Definisi dan Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan, Penalaran dan Logika, Sumber Pengetahuan, Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran serta Ilmu, Teknologi dan Seni;
Adapun menurut Bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan beberapa pengaruh. Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri pokok antara lain: empiris, sistematis, objektif, analitis, dan Vertifikatif.
Prinsip-prnsip penalaran ada empat yang terdiri atas tiga prinsip dari Aristoteles dan satu dari George Leibniz. Prinsip penalarandari Aristoteles adalah: prinsip identitas, kontraiksi, eksklusi tertii dan pinsip cukup alasan (Leibniz). Proposisi kategoris menghasilkan empat proposisi yakni sebagai berikut: Proposisi universal afirmatif, universal negatif, partikular afirmatif dan proposisi partikular negatif.
Buah dari berpikir adalah pengetahuan. Berpikir adalah suatu proses, proses berpikir ini biasa disebut sebagai bernalar.Logika sebagai sarana berpikir ilmiah akan memberikan suatu jaminan bahwa pengetahuan yang didapat sebagai hasil penarikan simpulan atau konklusi itu adalan sahih. Logika menuntut dan menjaga proses berpikir itu terhindar dari kekeliruan-kekeliruan, sehingga dengan demikian kecermatan dalam berpikir dapat dicapai.
Sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui rasionalisme, empirisme, intuisi, dan wahyu. Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada tiga teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria, yaitu: Teori koherensi, korespondensi dan teoripragmatism.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk memperoleh kebenaran melalui cara nonilmiah, di antaranya adalah:
1)   Akal sehat
2)   Prasangka
3)   Pendekatan intuasi
4)   Penemuan kebetulan dan coba-coba
5)   Pendekatan otoritas ilmiah dan pikiran kritis
Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun diatas teori-teori tertentu. Cara ilmiah merupakan syarat mutlak untukmenemukan suatu ilmu, yang dapat berpikir secara ilmah, maka tiga tahapan berpikir yang harus dilalui, yaitu skeptik, analitik,dan kritis.
Ilmu, teknologi, dan seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknolohgi, dan seni didapat melalui pola berfikie analogi ilmiah derngan menggunakan metode keilmuan yang runtut membawa kearahtitik temu pada suatu konklusi  yang bersifat nisbi, namun terhindar dari dekadensi silang pendapat fundamental dikalangan bagi para ilmuan dalam kurun waktu, sehingga terbuka untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan kebenarannya.


4.    Bab IV tentang Filsafat Abad Modern mencakup Bagaimanakah perkembangan filsfafat pada massa Renaisnance, Ranasionalisme, Idealisme, Empirisme, Kantianisme, dan pada massa yang lainnya seperti: Pragmatisme, Eksistensialisme, Positivisme, Marxisme, dan Anti Theisme atau Atheisme.

5.    Bab V tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan mencakup Zaman Purba (15 SM – 7 SM), Zaman Yunani (7 SM – 6 SM), Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu: (1) pengetahuan didasarkan pada pengalaman; (2) pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind; (3) kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis; (5) kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yangpernah terjadi.
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Selanjutnya pada Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua eropa. Zaman pertengahan ini ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agam Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu.
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudyaan modern. Sedangkan pada Zaman modern ditandai degan berbagi penemun dalam bidang ilmia. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesunguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal bapak filsafat modern.
Pekmbangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkebang dengan sangat cepat. Masing-masig ilmu mengembangkan disiplin  keilmuannya dan berbagai macam pertemua-petemuannya. Penemuan dnan penciptaan terjadi selih berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua setiap tahun, bahan dalam disiplin-disiplin tertentu seperti genetik setip dua tahun (Jacob, 1993:19) Di sisi lain pada zaman kontemporer ini,pengembangan ilmu juga ditandai degan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya.
6.    Bab VI tentang Etika Keilmuan mencakup Pengertian, Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan, Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi, Hubungan Antara Nilai dan Budaya serta Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan KebudayaanNasional;
Ilmu dan moral termasuk ke dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-masing. Tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan penyanggah tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral maka kajiannya harus didekati dari ketiga komponen tiang penyangga tubuh pengetahuan yakni ontologi, epistemolgi, dan aksiologi. Namun sebelum sampai pendekatan dari ketiga hal tersebut dibahas dahulu tentang antara etika, moral, norma dan kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri ilmu. Dalam bab ini juga mengkaji bagaimana hubungan antara etika, moral, norma dan kesusilaan, selain itu juga mengkaji dimensi ontologis, epistemologis, dan aksilogi.

7.    Bab VII tentang Ilmu, Teknologi dan Budaya mencakup Dimensi Ilmu, Teknologi, dan Seni, Peranan Filsafat Ilmu dalam Penjelajahan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, Teknologi dan Seni serta Visi Ilmu di Indonesia.
Ilmu, teknologi dan seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknologi, dan seni didapat melalui pola pikir analogi ilmiah dengan menggunakan metode keilmuan yang runtut membawa ke arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi, namun terhindar dari dedikasi silang pendapat fundamental dikalangan bagi para ilmuwan dalam kurun waktu, sehingga terbuka untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan kebenaran.
8.    Bab VIII tentang Bagaimana Ilmu Dalam Perspektif Kemaslahatan Hidup Insani mencakup Ilmu dan Moral,danbagimana pula Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan serta Tanggung Jawab Ilmuwan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan moral yang menentukan danterwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secarakritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai, sedangkam moral adalah penunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup.

B.  LAPORAN BAGIAN BUKU
Subbab yang saya laporkan dalam laporan bacaan ini yaitu subbab yang membicarakan tentang logika. Dalam buku ini penulis memaparkan logika merupakan bagian dari dasar-dasar pengetahuan. Logika penulis artikan sebagai buah dari pikir adalah pengetahuan. Berpikir adalah suatu proses, proses berpikir disebut sebagai bernalar. Dalam bernalar manusia melaku proses berpikir untuk berusaha tiba pada pernyataan yang baru merupakan kelanjuatan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (The, 1999: 21). Pernyataan yang telah diketahui itu disebut pangkal pikir (premise), sedangkan pernyataan baru yang diturunkan dinamakan simpulan (conclusion). Cara penarikan simpulan disebut sebagai logika. Terdapat berbagai cara penarikan simpulan, namun dalam dunia keilmuan, secara garis dapat dibedakan menjadi dua jenis cara penarikan simpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
Dalam buku ini penulis memaparkan logika deduktif merupakan suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Suatu penalaran dengan logika induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataanyang bersifat umum. Dari fakta pengamatan didapatkan kenyataan bahwa sebatang besi jika dipanaskan memuai, demikan juga dengan sebatang tembaga, aluminium dan berbagai batang logam  yang lain. Berdasarkan individual ini dapat ditarik suatu simpulan yang bersifat umum yakni semua logam jika dipanaskan akan memuai.
Logika deduktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari logika induktif. Dalam proses berpikir ini dari pernyataan yang bersifat umum ditarik simpulan yang bersifat khusus. Penarikan simpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogisme. Sebagai seorang pelopor dalam logika deduktif, Aritoteles mengajarkan silogismus kategoris yang tersusun dari tiga buah proposisi kategoris (Poespoprodjo, 1999: 206). Berdasarkan alur logika deduktif di atas dapat dibuat contoh silogisme kategoris sebagai berikut:
a.    Semua logam jika dipanaskan akan memuai (Premis mayor)
b.    Besi termasuk logam                                      (Premis minor)
c.    Maka jika besi dipanaskan akan memuai       (Konklusi)
Silogisme kategoris menjadi cara untuk menyelidiki identitas atau diversitas dua konsep objektif dengan memperbandingkannya dengan konsep ketiga secara berurutan. Kelompok lain dari ragam silogisme hipotesis. Silogismus hipotesis dibagi ke dalam tiga jenis, yakni:
a.    Silogismus kondisional, yakni silogismus yang premis mayornya adalah preposisi kondisional.
Contoh: - Apabila Tuti rajin belajar, ia akan lulus ujian.
-  Tuti rajin belajar
-  Maka Tuti akan lulus ujian.
b.    Silogismmus disjungtif. Silogismus yang premis mayornya berbentuk preposisi disjungtif.
     Contoh: - Kamu atau saya yang pergi berlomba
-  Kamu tidak pergi
-  Maka sayalah yang pergi.
c.    Silogismus konjungtif, silogismus yang premis mayornya berbentuk suatu preposisi konjungtif.
Contoh: - Tidak diizinkan seorang mahasiswa kulia di dua perguruan tinggi negeri dalam waktu yang bersamaan.
-  Si Rani kuliah di perguruan tinggi negeri X
-  Maka Si Rani tidak kuliah di perguruan tinggi negeri Y
Logika sebagai sarana berpikir ilmiah akan memberikan suatu jamianan bahwa pengetahuan yang didapat sebagai hasil penarikan simpulan atau konklusi itu adalah sahih. Logika menuntun dan menjaga proses berpikir itu terhindar dari kekeliruan-kekeliruan, sehingga dengan demikian kecermatan dalam berpikir dapat dicapai.
C.  KOMENTAR
Buku ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang filsafat ilmu, karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan dan memaparkan permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, serta cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan ilmiah. Buku ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar filsafat, juga oleh tenaga edukatif untuk  menambah referensi dan juga dalam proses belajar mengajar karena mengandung isi yang berkualitas, serta juga bermanfaat bagi para peminat filsafat untuk mengembangkan wawasan filsafatnya. Pembahasan dalam buku ini disususun berdasarkan sistematika filsafat ilmu yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dengan mempelajari buku ini kita akan memahami refleksi, mendasar dan integral tentang hakikat ilmu pengetahuan serta memahami dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Rujukan pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer karangan Jujun S. Suriasumantri diterbitkan di Jakarta bulan Oktober 1999, cetakan kedua belas oleh penerbit Sinar Harapan anggota IKAPI, dengan tebal xvi + 383 halaman. Jujun S. Suriasumantri memulai bukunya dengan memaparkan ke arah pemikiran filsafat yang membahas tentang ilmu dan filsafat, selanjutnya Jujun menjelaskan dasar-dasar pengetahuan kemudian dilanjutkan degngan membahas tentang ontologi, epistemologi, sarana berpikir ilmiah, aksiologi, ilmu dan kebudayaan, ilmu dan bahasa, penelitian dan penulisan ilmiah dan terakhir Jujun membahas tentang hakikat dan kegunaan ilmu.
Buku yang dikarang Jujun ini lengkap dan terdeskripsi dengan baik, begitulah kesan kita membaca buku ini walaupun disisi lain buku yang berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer ini banyak menggunakan bahasa istilah sehingga untuk pembaca pemula agak terdapat kesulitan dalam memahami apa yang dimaksudkan Jujun, tetapi cara penyampainnya tidak berbelit-belit dan setiap bab, baik dari bab I sampai bab IX saling berhubungan dalam artian terdapat kohesi dan koherensinya sehingga membantu kita dalam memahami isi buku ini. Kalau ditinjau dari segi kelemahannya, Pertama, dilihat dari segi cover buku ini kurang menarik sehingga mengurangi nilai estetikanya. Kedua, dilihat dari iliustrasinya (gambar) sepertinya tidak ada korelasinya dengan apa yamg dituliskan Jujun.

Rujukan kedua pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku yang berjudul Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Hasnah Faizah yang diterbitkan di Pekanbaru pada bulan November 2009, cetakan pertama oleh penerbit Cendikia Insani dengan tebal buku 169 + viii halaman dan ukuran buku 14.7 cm. Buku ini terdiri atas lima bab, Hasnah memulai menulis buku ini dengan memaparkan hakikat filsafat ilmu, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hakikat pengetahuan, hakikat ilmu, sarana berpikir ilmiah dan terakhir penulis membahas tentang tantangan dan masa depan ilmu.
Buku yang ditulis Hasnah dari segi isi singkat dan terdeskripsi dengan baik, buku ini layak dibaca oleh pengajar filsafat yang menginginkan inovasi dalam proses belajar mengajar, buku ini tidak jauh berbeda dengan buku filsafat ilmu yang dikarang oleh Jujun. Tetapi dibandingkan buku Jujun kajian buku ini terlalu sederhana, singkat dan tidak mendalam. Tetapi buku ini mudah dipahami, baik dari segi bahasa maupun aspek-aspek yang lainnya.
Rujukan lain pembanding dari buku yang dilaporkan adalah buku yang ditulis oleh Asmoro Achmadi yang berjudul Filsafat Umum, diterbitkan pada tahun 2008 di Jakarta, oleh penerbit PT Raja Grafindo Persada dengan ukuran buku 21 cm dan tebal x + 134 halaman. Buku ini merupakan buku pokok materi perkuliahan Filsafat Umum yang digunakan oleh mahasiswa Fakultas Ushuludin di Universitas Islam Negeri (UIN) maupun perguruan tinggi agama Islam yang lain. Dengan bahasa yang sederhana buku ini mencoba membahas permaslahan tentang filsafat khususnya Filsafat Umum. Dimulai dengan menjabarkan tentang pengantar filsafat. Sesudah itu, Asmoro melanjutkan dengan membahas filsfat Yunani,filsafat Barat abad pertengahan, kemudian dilanjutkan tentang pemikiran filsafat di Timur, filsafat modern, dan yang terakhir Asmoro menjelaskan tentang filsfat dewasa ini.

D.  PENUTUP
Buku ini berbicara tentang berbagai hal terkait dengan persoalan filsafat, buku ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang filsafat ilmu, karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan dan memaparkan permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, serta cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan ilmiah.  Saya yakin buku ini sangat sarat akan muatan filsafat, meskipun diramu dengan bahasa yang sederhana, buku ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar filsafat, juga oleh tenaga edukatif untuk  menambah referensi dan juga dalam proses belajar mengajar karena mengandung isi yang berkualitas, serta juga bermanfaat bagi para peminat filsafat untuk mengembangkan wawasan filsafatnya.
Kelemahan buku ini seperti pengakuan penulis pada kata pengantar yang menyatakan buku ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, kalau ditinjau dari pernyataan penulis memang benar tak ada gading yang tak retak, kelemahan buku ini terletak pada tidak dilengkapi dengan biodata penulis sehingga pembaca  tidak mendapatkan informasi tentang penulis dan karya yang lainnya, walaupun begitu dari segi mutu dan cetakannya sudah sangat baik.

2 komentar:

  1. terimakasih Pak, sangat bermanfaat sekali.

    www.arisyulantomo.wordpress.com

    BalasHapus